Kamis, 21 November 2013

Pengertian Agama Dalam Berbagai Bentuknya


A.   Agama dan Pengertian Agama Dalam Berbagai Bentuknya
Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal pula istilah al-din dari bahasa Arab dan religi dari bahasa Eropa. Agama berasal dari kata Sanskrit, a: tidak dan gam: pergi, jadi tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun-temurun. Pendapat lain mengungkapkan bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Selanjutnya dikatakan lagi bahwa gam berarti tuntunan. Singkatnya, agama adalah ajaran-ajaran yang menjadi tuntutan hidup bagi penganutnya. Al-Din dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan, dan agama. Religi berasal dari bahasa latin relegere yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Pendapat lain mengungkapkan kata itu berasal dari religare yang berarti mengikat.
 Intisari yang terkandung dalam istilah-istilah di atas ialah ikatan. Agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi dan mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Dengan demikian unsur-unsur penting yang terdapat dalam agama ialah:
         Kekuatan gaib.
         Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud.
         Respons yang bersifat emosianal dari manusia.
         Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.
Masyarakat  primitif menganut agama-agama yang bersifat primitif, antara lain: dinamisme, animisme, dan politeisme. Agama dinamisme mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius, ada bersifat baik dan  jahat. Dalam bahasa ilmiah gaib itu disebut mana dan dalam bahasa Indonesia tuah atau sakti. Mana dianggap kekuatan gaib yang terdapat dalam benda bersangkutan dan memelihara manusia dari hal-hal yang tidak diinginkan mereka. Oleh karena itu tujuan beragama di sini adalah mengumpulkan mana sebanyak-banyaknya. Animisme adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda, baik yang bernyawa ataupun tidak mempunyai roh. Bagi masyarakat primitif roh masih tersusun dari materi yang halus sekali yang dekat menyerupai uap atau udara. Roh juga mempunyai tingkah laku seperti manusia seperti makan, berburu, menari, menyanyi, dan memiliki umur. Tujuan beragama di  sini adalah mengadakan hubungan baik, dengan roh-roh yang ditakuti dan dihormati dengan senantiasa berusaha menyenangkan hati mereka. Pada dua agama tersebut terdapat seorang dukun atau ahli sihir yang mengontrol kegiatan spiritual mereka hingga terlaksana dengan baik.

      Politeisme adalah agama yang mengandung kepercayaan pada dewa-dewa, seperti dalam agama Mesir kuno disebut Ra, agama Persia kuno Mithra, dan agama Arab jahiliah ada Al-lata,Al-Uzza,dan Manata. Dalam agama ini hal-hal yang menimbulkan perasaan takjub dan dahsyat bukan lagi dikuasai oleh roh-roh tapi oleh dewa-dewa. Mereka dianggap lebih berkuasa atas roh-roh. Oleh karena itu, tujuan hidup beragama di sini bukanlah hanya memberi sesajen dan persembahan-perrsembahan kepada para dewa-dewa, tetapi juga berdoa dan menyembah untuk menjauhkan amarahnya dari masyarakat yang bersangkutan. Agama Yahudi memliki dewa terbesar yang dihormati dan disembah dari dewa-dewa lainnya, ini merupakan agama henoteisme yang mengakui satu Tuhan untuk satu bangsa.
      Dalam masyarakat dewasa ini  yang sudah maju menganut agama monoteisme, dengan dasar ajaran agama tauhid, dan Tuhan Maha Esa sebagai pencipta alam semesta. Di sini manusia telah diyakini berasal dari Tuhan dan akhirnya akan kembali padanya. Dan berkeyakinan bahwa diantara kehidupan dunia dan akhirat, akhiratlah yang lebih penting dari hidup yang pertama. Maka tujuan hidup di sini bukanlah mencari keselamatan materil saja, tetapi juga keselamatan hidup yang kedua atau hidup yang spiritual. Penganut agama ini meyakini adanya surga dan neraka yang merupakan  kehidupan kekal. Jalan agar tetap berada dekat  Tuhan ditentukan oleh tiap-tiap agama, seperti agama Kristen yang harus mengakui jesus kristus adalah juru penyelamat yang mengorbankan diri di atas salib untuk menebus dosa manusia, kemudian berdoa kepadanya, membaca al-kitab, pergi ke gereja, dan beribadat di dalamnya.
Agama Hindu atau Hindu Dharma dengan ajarannya memandang bahwa roh manusia adalah percikan dari Sang Hyang Widhi. Mereka mengadakan hubungan dengan Tuhan untuk mencapai kesucian jiwa dengan sembahyang di Pura atau di rumah, merayakan hari-hari suci dan lain sebagainya. Agama islam dalam arti keselamatan yang di turunkan kepada Nabi Muhammad untuk seluruh umat, mengajarkan tentang iman kepada  Allah, harus mengerjakan segala perihal duniawi atas namanya dan untuknya, berbuat baik dan meninggalkan apa saja yang dilarangnya. Di antara cara beribadat agama ini, ialah dengan melakukan shalat lima waktu sehari, berpuasa, berzakat, dan haji dan lain sebagainya.

B.  Islam Dalam Pengertian Yang Sebenarnya
            Islam adalah agama yang ajaran-ajarannnya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad Saw, sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai banyak segi dari kehidupan manusia. Sumber ajaran –ajaran agama ini adalah Al-Quran dan Hadist. Al-Quran adalah kalam Allah bukan makhluk Allah, dan diturunkan sebagai mukjizat bagi Muhammad untuk selururh ummat, diberikan melalui utusan, atau malaikat, yaitu Jibril dan disampaikan melalui kata-kata. Dijelaskan dalam Al-Quran, surah As-syu’ara ayat 192-195
وإنه لتنزيل رب العالمين٠ نزل به الروح الأمين٠على قلبك لتكون من المنذرين ۙ بلسان عربي مبين٠
“Sesungguhnya ini adalah wahyu Tuhan semesta alam. Dibawa turun oleh Roh Setia ke dalam hatimu agar engkau dapat ember peringatan. Dalam bahasa arab yang jelas”.
            Atas dasar Kalam Allah inilah kita umat Islam mempunyai keyakinan bahwa apa yang terkandung dalam Al-Quran adalah sabda Tuhan / kalam Tuhan, yang berbentuk teks Arab sebagai wahyu dan sekaligus mukjizat dari Tuhan. Dan hanya yang berbentuk teks Arab itulah yang diakui sebagai wahyu, apabila diganti dengan kata-kata Arab lain apalagi dengan bahasa asing lain sungguhpun sinonimnya, itu tidak diakui sebagai wahyu atau Al-Quran sebenarnya.
            Wahyu yang diturunkan kepada Muhammad ini sangatlah berbeda dengan kitab agama lainnya, umpamanya agama Kristen. Dalam agama ini, Injil dan teksnya bukanlah Wahyu, yang diwahyukan hanyalah isi atau arti yang dikandung teks itu. Maka terjemahannya dalam bahasa asing dianggap sama kuatnya. Kitab Al- Quran turun bukan sekaligus tepati sepotong demi sepotong dalam masa

kurang lebih 23 tahun. Ayat yang turun kemudian dicatat oleh Zaid Ibn Sabit, ia adalah sekretaris utama Nabi yang selalu mencatat ayat-ayat yang turun. Sebenarnya banyak sahabat-sahabat Nabi yang pernah mencatat ayat-ayat yang turun,seperti Abu Bakar, Usman, Umar, Ali dan lainnya. Ayat yang turun ditulis di atas batu , tulang, pelepah korma, dan lainnya. Bukan hanya ditulis, namun ayat-ayat ini juga dihafal, seluruh dunia mengenal bahwa masyarakat Arab pandai dalam menulis syair-syair panjang dan menghafalnya dengan baik, namun manusia tetaplah manusia yang tidak hidup kekal.
            Maka atas anjuran Umar, Abu Bakar memerintahkan Zaid Ibn Sabit dan sahabat-sahabat lain untuk mengumpulkan ayat-ayat Yang tertulis di atas batu, pelepah kurma, tulang dalam satu buku. Buku ini tetaplah terjaga dan diperbanyak eksemplarnya oleh Usman hingga saat ini.
            Hadis sebagai sumber kedua dari ajaran-ajaran Islam, mengandung sunnah Nabi Muhammad dalam bentuk ucapan, perbuatan, atau persetujuan dari Nabi secara diam. Berbeda dengan Al-Quran, hadis di zaman Nabi tidaklah dihafal atau dibukukan, karena dikhawatirkan akan terjadi Percampurbauran  dengan Al-Quran. Barulah pembukuan terjadi di zaman Khalifah Umar Abdu Al- Aziz. Permulaan abad kedua hijrah (717-720 M). Pembukuan besar-besaran terjadi di abad ketiga hijrah oleh Bukhari, Muslim, Abu Daud, Al-Nasai, Al-Tirmizi, dan Ibnu majah. Namun karena hadis tidak dihafal dan dicatat sejak semula, terdapat perbedaan keorisinalan hadis antara ummat Islam. Oleh karena itu , kekuatan hadis tidak sekuat kekutan Al- Quran.
            Pokok ajaran Islam adalah tauhid, yang menjadi aspek teologi orang Islam. Tauhid mengajarkan keimanan atas ketuhanan yang Maha Esa. Namun tidak cukup dengan satu aspek, Islam mempunyai berbagai aspek yang harus diketahui oleh umat Islam, guna mempelajari Islam lebih mendalam lagi, seperti aspek ibadat, aspek moral, aspek mistisisme, aspek sejarah, aspek falsafah, aspek kebudayaan, aspek hukum dan lain sebagainya. Mengetahui Islam secara luas, akan membantu kita agar tidak salah dalam mencari pedoman ajaran yang benar sesuai ajaran Nabi, karena telah banyak terjadi penyimpangan ajaran dan aliran setelah sepeninggalan Nabi Muhammad. Maka semua itu tidak boleh menyimpang dari Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad Saw.


C.   Aspek Ibadat, Latihan Spritual dan Ajaran Moral
            Manusia dalam paham Islam, sebagai halnya dalam agama monoteisme lainnya tersusun dari dua unsur, unsur jasmani dan unsur rahani. Tubuh manusia berasal dari materi dan mempunyai kebutuhan-kebutuhan materil, sedangkan roh manusia bersifat immateril dan mempunyai kebutuhan spritual. Dalam kehidupan yang fana ini, kebutuhan jassmani mungkin dapat kita tutupi dengan berkerja keras, mencari pengahasilan, berinteraksi dengan baik. Akan tetapi, pengembangan daya-daya jasmani seseorang tidak akan sempurna, bila tanpa dilengkapi dengan pengembangan daya rohani. Mereka yang kaya, gila jabatan, dan tertipu dengan kelokan dunia semata, pasti akan merasakan adanya suatu kekosongan yang membuat berat sebelah dalam menjalani kehidupan ini. Oleh karena itu, amatlah penting supaya roh yang ada di dalam diri manusia mendapat latihan, sebagaiman badan manusia juga mendapat latihan.
            Dalam Islam, ibadatlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia. Semua ibadat yang ada dalam Islam seperti, sholat, zakat, puasa, dan haji, bertujuan membuat roh manusia supaya senantiasa tidak lupa pada Tuhan, Bahkan, senantiasa lekat padanya. Ibadat mengandung arti tunduk dan patuh. Dalam surat Al- Zariyat ayat 56 dijelaskan:
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون ۰
"Tidak kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk tunduk dan patuh kepadaku". Jadi dalam Islam, arti ibadat atau beribadat bukanlah sekedar bersembahyang bahkan menyembah, karena Allah Maha Sempurna yang tidak perlu disembah namun disayangi, dikasihi dan dipatuhi segala perintahnya dan dijauhi segala larangannya dengan mendekatkan diri kepadanya sesering mungkin.
            Di antara ibadat Islam, shalatlah yang membawa manusia sangat dekat kepada Tuhan. Didalamnya terdapat dialog antara manusia dengan Tuhan yang memohon ampun kepadanya, mendekatkan diri kepadanya. Hal ini dilakukan lima kali sehari, dan apabila dikerjakakn dengan khusyu akan mencegah manusia dari perbuatan keji, dengan demikian akan melatih moral manusia menjadi lebih baik. Dalam Surat Al-Kahfi ayat 45 dijelaskan:
إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر ۰
"Shalat mencegah orang dari perbuatan jahat dan tidak baik".
            Demikian juga dengan puasa, merupakan penyucian roh dan pelatihan moral. Didalamnya seseorang harus menahan hawa nafsu makan, minum, bersenggama, rasa amarah, mengguncing, bertengkar, dan perbuatan-perbuatan keji lainnya. Zakat sungguhpun merupakan pelatihan moral yang mengajarkan umat manusia mengeluarkan sebagiandari hartanya untuk menolong fakir miskin. Dalam hal ini manuisa dilatih untuk menjauhi kerakusan pada harta, dan memupuk rasa bersaudara, rasa simpati kepada sesamadalam berbagi kebaikan. Ibadat haji juga merupakan pelatihan moral dan spritual, dalam hal ini umat Islam mengunjungi baitullah untuk beribadat mendekatkan diri kapada Sang Khalik, dengan membacakan bacaan-bacaan yang baik dan agung. Di dalamnya manusia dituntut menjauhi perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat dan tidak baik. Haji juga merupakan muktamar internasional, seluruh umat Islam dari berbagai belahan dunia berkumpul dengan berpakaian ihram yang sederhana menandakan tidak ada perbedaan di antara mereka di hadapan Sang Pencipta, hanya untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya.

D.   Aspek Sejarah dan Kebudayaan
Tahun Islam dimulai dengan hijrah Nabi Muhammad Saw. Dari Mekkah ke Madinah di tahun 622 M. Di Mekkah terdapat kekuasaan kaum Quraisy yang kuat dan yang pada waktu itu belum dapat dipatahkan Islam. Di Madinah sebaliknya tidak terdapat kekuasaan yang demikian, bahkan di sana akhirnya Nabi sendirilah yang memegang tampuk kekusaan. Dengan beradanya kekuasaan di tangan Beliau, Islam pun lebih mudah untuk di sebarkan sehingga akhirnya Islam pernah  menguasai daerah-daerah yang dimulai dari Spanyol di sebelah Barat sampai ke Filipina di sebelah Timur, dan dari Afrika Tengah di sebelah selatan sampai ke Danau Aral di sebelah Utara. Sejarah Islam ini telah berjalan kurang lebih empat belas abad lamanya. Dan seperti sejarah setiap umat, sejarah Islam dapat dibagi ke dalam periode klasik, periode pertengahan, dan periode modern.

Ø Periode klasik: 650-1250 M.
Masa ini merupakan masa ekspansi, intregasi dan keemasan Islam. Dalam hal ini, sebelum Nabi Muhammad wafat di tahun 632 M, seluruh semenanjung Arab telah masuk dalam kekuasaan Islam. Ekspansi ke daerah-daerah di luar Arabia dimulai di zaman Khulafa Al-Rasyidin, Abu Bakar Al-Siddiq, Umar Ibn Al-Khattab, Usman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Thalib. Di zaman mereka Islam dapat menguasai Damaskus, Semenanjung Arab, Palestina, Suria, Irak, Persia, Mesir, Tripoli, Ciprus dan beberapa daerah lain, namun ekspansi pertama ini berhenti sampai di sini. Di kalangan umat Islam mulai terjadi banyak perpecahan dan  pertentangan dari berbagai pihak pendukung Usman, Muawiyah, golongan Talhah dan Zubeir di Mekkah dan dari kaum Khawarij. Ali, sebagaimana Usman mati terbunuh, dan Muawiyah menjadi khalifah yang kelima. Muawiyah selanjutnya membentuk Dinasti Bani Umayyah (661-750 M) dan ekspansi gelombang kedua terjadi di zaman ini.
Bani Umayyah menguasai daerah-daerah di India, Spanyol, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, Majoerca, Corsica, Sardinia, Crete, Rhodes, Cyprus, Afirka Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Afganistan dan sebagian dari Sicilia jatuh ke tangan Islam. Pada Dinasti ini, berbagai peningalan-peninggalan seperti, masjid, istana, tempat bersitirahat dibangun, dan perhatian tertuju juga kepada kegiatan ilmiah di Kufah dan Basrah. Demikianlah kemajuan-kemajuan yang dicapai dan dibuat oleh Dinasti Bani Umayyah. Kekuasaan dan kejayaan Dinasti mencapai puncaknya di zaman Al-Walid 1. Sesudah itu kekuasaan mereka menurun sehingga akhirnya dipatahkan oleh Bani Abbas di tahun 750 M.
Dinasti Bani Abbas didirikan oleh Abu Abbas (750-754), namun sebenarnya adalah adalah Al-mansur (754-775) sebagai pembina sesungguhnya. Puncak Dinasti ini dipegang oleh Harun Ar-Rasyid (785-809 M) dengan hidup mewah yang digambarkan dalam cerita seribu satu malam, sudah memasuki masyarakat. Kekayaan yang banyak dipergunakan Al-Rasyid juga untuk keperluan sosial, dan dia menjadi raja besar pada saat itu Di masa ini Bani Abbas lebih memperhatikan pembentukan dan perkembangan kebudayaaan dan peradaban Islam. Banyak filosof-filosof Islam yang sangat berpengaruh bermunculan di zaman ini, seperti Ibnu Sina, Al-Farazi, Al-Fargani, dan Abu Ali Al- Hasan.
Di tengah kekuasaan Islam mulailah Masa Disintregasi dalam bidang Politik bermunculan. Sebenarnya di akhir zaman Bani Umayyah Masa Disintregasi ini telah ada, dan memuncak di zaman Bani Abbas. Daerah-daerah yang jauh letaknya dari pusat pemerinahan di damaskus dan kemudian di Baghdad, melepaskan diri dari dari kekuasaan kekhalifahan di pusat, kemudian bertimbunlah dinasti-dinasti kecil. Disintregasi ini merambat pada lapangan kebudayaan, bahkan juga dalam lapangan keagamaan, dan mengakibatkan perpecahan di kalangan umat Islam semakin besar.

Ø  Periode Pertengahan: 1250-1800 M
Pada periode ini, Islam mengalami kemunduran yang diawali penyerangan oleh Jengish Khan. Satu demi satu daerah Islam jatuh ke tangannya, serangan demi serangan diluncurkan, mulai dari Transoxiana hingga daerah-daerah di Rusia. Penyerangan ini terus dilakukan oleh keturunannya ke daerah Baghdad dan Mesir. Namun dampak ini dapat diatasi oleh Sultan Mamluk dengan mengalahkan Hulagu di Anin Jalut. Sehingga Mesir terlepas dari penghancuran-penghancuran seperti yang terjadi di dunia Islam. Di India, dinasti-dinasti timbul untuk kemudian dijatuhkan dan diganti oleh yang lain, sehingga Babur datang di permulaan abad XVI dan membentuk kerajaan Mughal di India. Demikian juga yang tejadi di Spanyol, peperangan timbul antara dinasti-dinasti Islam dengan Raja-Raja Kristen. Kesempatan itu di pergunakan oleh mereka dengan memakai politik adu domba antara dinasti-dinasti Islam, mangakibatkan Islam sangat mudah jatuh di tangan mereka dan hilang dari tanah Spanyol.
Tetapi sebaliknya dengan kebudayaan Arab yang semakin meluas, Islam mendapat pemeluk-pemeluk baru di daerah-daerah yang selama ini belum dimasuki Islam. Usman, seorang kepala suku-bangsa Turki yang menetap di Asia kecil membawa Islam ke daerah Balkan. Perluasan islam terus dilakukan oleh keturunan-keturananya, sehingga di tahun 1385 M Sofia, ibu kota Rumalea diduduki. Dengan demikian Kesultanan kecil yang dibentuk oleh Usman berubah menjadi kerajaan besar yang kemudian dikenal dengan Kerajaan Usmani (Ototoman Empire). Di masa ini kemajuan Islam ke-II (1700-1800 M)  mulai timbul seiring dengan kejayaan kerajaaan-kerajaan besar selain Kerajaan Usmani, yaitu: Kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India. Namun, di akhir abad ke-17 kerajaan-kerajaan ini mulai mengalami pemberontakan dan akhirnya jatuh perlahan demi perlahan.

Ø  Periode Modern: 1800 M  
Periode ini merupakan Zaman Kebangkitan Islam, raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir dan mencari jalan untuk mengambalikan balance of power yang telah pincang dan membahayakan Islam di kala itu. Timbulah apa yang disebut dengan pemikiran dan aliran pembaruan atau modernisasi dalam Islam sebagai usaha-usaha demi kemajuan Islam seperti di periode klasik dahulu untuk menandingi kemajua Barat yang pesat.

E.  Aspek Politik
Persoalan dan gejolak politik telah ada dari awal kemunculan Islam, kemudian aspek ini mulai menonjol dan berpengaruh di zaman  Khalifah Usman Ibn Affan dan Ali Ibn Thalib. Banyak Sejarawan Islam berpendapat bahwa pengaruh politik dalam Islam sangat mendasar pada jabatan kepala negara. Nabi Muhammad yang diutus sebagai Rasul pastinya akan menjadi kapala negara bagi kaumnya. Dengan kata lain, Beliau memiliki dua kekuasaan, kekuasaan spritual dan kekeuasaan sekuler. Kekuatan politik mulai diarahkan kepada siapa yang berhak menjadi kepala negara setelah sepeninggalan Rasul, perbedaan paham tentang bagaimana cara pengangkatan kepala negara menjadi permasalahan utama.
Setelah kematian Usman, berbagai kelompok mulai menggunakan kebijakan politik mereka masing-masing dalam memilih kepala negara selanjutnya. Tidak hanya dalam pemilihan, perbedaan juga timbul dalam paham tentang sifat dan kekuasaan kepala negara. Kekuatan politik yang sangat berpengaruh ketika itu antara lain, Kaum Khawarij, kaum Syi’ah, kaum Ahli Sunnah, pengikut Muawiyah, dan pengikut Talhah dan Zubeir. Hingga saat ini pengaruh kekuatan politik yang dibawa oleh kelompok-kelompok tersebut masih berbekas dan terwarisi kepada para penerusnya, dan menjadikan mereka suatu aliran yang kuat dan berpengaruh.

F.   Lembaga-Lembaga Kemasyarakatan
Ketika Islam masih menggunakan sistem Kekhalifahan dalam menjalankan roda pemerintahan, Seorang Wazir menjadi pembantu utama, penasihat, dan tangan kanan dari seorang Khalifah. Di bawah wazir terdapat beberapa diwan (departemen) umpamanya Diwan Al-Kharaj, Departemen Pajak Tanah, Bait Al-Mal, Departemen Keuangan, Diwan Al-Jaisy ( Departemen Pertahanan), dan lain sebagainya. Namun di zaman Khalifah Bani Abbas, pembesar yang berkuasa di pemerintahan pusat bukan lagi wazir atau hajib, tetapi Amir Al-Umara. Setelah Baghdad jatuh ke tangan kekuasaan Dinasti Buwaihi, kekuasaan Amir Al-Umara dipegang oleh Raja-raja Buwaihi. Di tangan kaum Saljuk istilah ini dirubah menjadi Sultan.
Akan tetapi,  karena semakin banyak Dinasti-dinasti Islam yang berkembang, dan juga masih menggunakan sistem Kekhalifahan yang bersifat turun-temurun, penggunaan istilah Amir dan Sultan masih melekat di antara mereka, ada yang memakai salah satunya, dan ada yang memakai kedua-duanya. Di dalam peperangan, Khalifah bukan hanya kepala negara namun lebih dari itu, dia juga sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata (Amir Al-Mukminin) yang mengepalai (Amir) Jendral,  para Qaid, dara para ‘Arif.
            Tidak hanya dalam lembaga pertahanan, Islam juga terkenal dengan lembaga Pendidikan, lembaga kesehatan, dan lembaga Hukumnya. Pendidikan dalam agama Islam dimulai dari masjid-masjid yang kemudian berkembang menjadi madrasah dan akhirnya terbentuk sebuah univeersitas, seperti Universitas Cordova, Universitas Al-Azhar, dan lainnya yang masih terkenal hingga sekarang. Dalam Islam, wakaf sangatlah berpengaruh untuk mendirikan rumah sakit, dan juga klinik-klinik yang berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya. Di zaman Rasulullah, beliaulah yang menentukan hukum, sekaligus menjalankannya. Dengan kata lain, kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif ada di tangan beliau. Namun karena semakin berkembangnya masyarakat, dan bertambahnya populasi umat Islam, para Khalifah setelah Rasulullah membentuk lembaga-lembaga yang membantu tugas Khalifah dalam bidang hukum, antara lain: Lembaga Kepolisian (Syurtah),  Qadi, Nazir Al-Zalim, dan lain sebagainya.

Resensi Buku ”Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya”
Karya Dr. Harun Nasution ini adalah jawaban bagi masyarakat Indonesia dan mahasiswa khususnya, atas pertanyaan yang selalu muncul pada era modern ini, mengenai hakikat Islam. Buku berjudul “Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya” mencoba menghilangkan pemikiran dan kesan bahwa Islam bersifat sempit. Kesan itu timbul akibat umumnya pengajaran agama Islam di sekolah-sekolah atau pesantren masih bersifat lokal dan sempit. Asumsi masyarakat ini bermula dari pengajaran yang hanya membahas aspek ibadat dan fikih yang terlalu diajarkan hanya menurut satu mazhab saja. Hal ini menjadi kebiasaan yang berkelanjutan dan akhirnya membatasi pengetahuan mereka akan Islam yang sebenarnya tidak demikian.
Buku ini juga membuka wawasan bagi pelajar akan keberagaman agama-agama lain yang telah hidup dan berkembang di masyarakat dari berbagai belahan dunia. Mulai dari masyarakat yang bersifat primitif hingga masyarakat yang bersifat modern dan telah terbawa oleh kemajuan teknologi yang begitu pesat. Buku yang telah menjadi salah satu rujukan kurikulum di berbagai perguruan tinggi ini, juga berupaya memahamkan Islam kepada pelajar-pelajar dan pembaca-pembaca di luar lingkungan universitas secara ilmiah dengan metode perbaruan yang mengikuti zaman dan dapat diterima dan dinikmati oleh khalayak umum.
Akan tetapi, karya ini mulai banyak menuai keritikan dari berbagai kalangan baik akademisi maupun para ulama, sebut saja seperti Prof. Rasjidi, mantan Menteri Agama yang juga seorang Dosen di berbagai perguruan tinggi yang mengatakan bahwa buku ini “sangatlah berbahaya”. Beliau kemudian menulis buku yang berjudul “Koreksi Terhadap Dr. Harun Nasution tentang Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya”, untuk menegaskan kembali pernyataan dan gugatan yang telah dikirimkan kepada kementerian agama.Prof. Rasjidi mengatakan buku Dr. Harun Nasution yang diwajibkan untuk dipelajari mahasiswa IAIN adalah buku yang penuh dengan pikiran kaum orientalis.
Dalam buku itu ada beberapa permasalahan yang disimpulkan oleh Prof. Rasjidi. Pertama, adalah pernyataan bahwa Tuhan tidak perlu ditakuti, tetapi dicintai, adalah pendapat Kristen. Kedua, agama monotheisme adalah Islam, Yahudi, dan Kristen (Katholik dan Protestan) dan Hindu adalah pikiran comparative religion yang dimunculkan oleh orang-orang yang mendasarkan pemikirannya hanya pada hal-hal yang ilmiah dengan tidak beriman sedikit pun. Ketiga, orang-orang yang kotor tidak akan diterima kembali ke sisi Yang Maha Suci, adalah ekspresi Kristen, pengaruh dari Neo-Platonisme dan Gnostcidme. Keempat, tidak dapat diketahui dengan pasti mana hadits yang benar-benar berasal dari Nabi Saw dan mana hadits yang dibuat-buat. Ini adalah pengaruh pemikiran Goldziher, seorang orientalis Yahudi dari Hongaria.
Sedangkan masalah ketujuh, Islam dalam sejarah tidak mengambil bentuk ketatanegaraan atau dengan kata lain tidak ada konsep negara Islam. Ini adalah konsep Kristen, karena ajaran Kristen tidak mengandung konsepsi tentang negara Kristen. Prof. Rasjidi menegaskan, pokok-pokok pikiran buku itu menunjukkan pikiran orang yang belum yakin akan kebenaran mutlak isi al-Qur’an dan belum sadar akan kelemahan serta bibit kehancuran yang sekarang tengah menggerogoti peradaban Barat.

Saya sebagai mahasiswa yang memang kurang mendalami dan paham tentang Islam, menyarankan agar diadakan kembali diskusi dan peninjauan terhadap buku ini, dengan memperhatikan banyaknya kritikan dari berbagai pakar filsafat Islam, seperti  Prof. Rasjidi, Dr. Adian Husaini, dan Dr. Hamid Fahmi. Agar kami sebagai pelajar tidak perlu ragu menganai keabsahan buku ini. Apalagi setelah mengetahui sejarah dari Prof. Harun Nasution yang memaparkan bahwa beliau baru dapat memahami Islam secara mendalam ketika belajar di Mc Gill. Dengan banyak membaca buku karangan pemikir orientalis menajadikan pemikiran beliau lebih ke arah barat-baratan dan orientalisme. Saya juga menyarankan alangkah lebih baik apabila penyajian peta bergambar turut dicantumkan guna mempermudah pelajar dalam mempelajari aspek sejarah kebudayaan Islam.   

Sumber: Pengantar Studi Islam, Prof. DR. Harun Nasution

Tidak ada komentar:

Posting Komentar